Saturday, November 22, 2008

THE ZAHIR, Paulo Coelho


[RESENSI]


Kali ini Paulo Coelho mengajak kita menjelajahi dunia cinta, dengan cara yang tidak biasa. Adalah seorang suami, yang setelah 10 tahun pernikahannya tiba-tiba ditinggalkan istrinya tanpa pesan ataupun alasan. Kepergian istrinya ini menimbulkan pertanyaan besar yang makin lama semakin menggerogoti hati dan pikiran, menjadi sebuah obsesi yang bisa membawa kegilaan pada sang suami. Untuk menjawab pertanyaan "Mengapa...?" si suami menelusuri kembali jejak kebersamaanya dengan sang istri, percakapan mereka, hal-hal yang terjadi di sepanjang perjalanan dan kapan sesungguhnya ia mulai kehilangan istrinya hingga akhirnya terjadi perpisahan tersebut. Pencarian ini membawa sang suami pada penemuan-penemuan yang mengejutkan, membuka mata tentang makna cinta yang sesungguhnya, dan apakah yang disebut takdir pada suatu kisah cinta.
Kesetiaan, cinta, keutuhan suatu lembaga pernikahan sebenarnya merupakan tema yang selalu menggelitik buat saya. Kebetulan kemarin saya sempat membaca blog seorang penulis yg cukup terkenal mengenai "penjelasan" dan ungkapan hatinya tentang perpisahannya dengan sang suami. Juga seorang artis yang menjabarkan perceraiannya sebagai "jodoh yang sudah selesai sampai disini"
Yuk kita curhatin di klub baca buku...


[DISKUSI]

Tanggal kumpul: 18 November 2008
Tempat: Library Chevron Duri
Kutu-kutu buku: Fitri, Ida, Rita, Retno, Astri , DD, Elly, Nurul, Eva dan si kembar, Jane

Diskusi mengenai The Zahir..
Bagi kebanyakan orang, kesetiaan dan cinta dalam sebuah pernikahan merupakan hal yang tidak kita pertanyakan. Kita percaya sebagian besar orang pasti menjunjung tinggi nilai tersebut dan mempertahankannya, tidak ada orang yg menikah dengan tujuan supaya bisa bercerai atau berselingkuh.
Jika perceraian atau perselingkuhan sampai terjadi, orang akan memberi alasan, pembenaran, dan segala macam penjelasan untuk (mungkin) menenangkan hati nuraninya sendiri..
Apa sesungguhnya kesetiaan itu? dan dalam sebuah pernikahan apakah kesetiaan itu merupakan hal yang kita sadari setiap hari, kita pertahankan atau sebenarnya kita tidak ingat akan hal tersebut sampai hal-hal lain atau cobaan melintasi kisah kehidupan kita?
Ketika kita mengikatkan diri pada seseorang, berikrar untuk mengarungi kehidupan selanjutnya dalam suka dan duka, mungkin ada yang sungguh sadar, dan ada juga yang tidak sadar dengan konsekuensi janji tersebut. Bersama dengan waktu yang berjalan, bukan masalah kebosanan atau kehadiran orang lain yang menjadi alasan sebuah perselingkuhan, tetapi mungkin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan mendasar pasangan tersebut. Selama mahluk hidup masih bernapas dia masih bertumbuh dan berkembang. Seringkali pertumbuhan pribadi dalam suatu lembaga tidak sama, ada yang lebih cepat ada yang lebih lambat, arah pertumbuhan itu sendiri mungkin tidak sama. Bila ketidak sesuaian ini terus berlanjut tanpa disadari, tidak jarang suatu hari kita melihat pasangan kita dengan heran... kemana orang yang saya nikahi sekian tahun yang lalu...? kenapa dia sekarang "berubah"? Kita menolak "perubahan" tersebut... "dulu kamu begini"...."kenapa sekarang jadi begitu?" Mungkin karena kita memang selalu berubah, bertumbuh, berkembang dan senantiasa perlu menyelaraskan kembali "pertumbuhan bersama". Seperti air yang selalu mengalir, air tersebut tidak pernah sama, setiap detik berubah, dan waktu dia terbendung dan berhenti mengalir, air menjadi beracun dan membawa penyakit.
Tidak ada kata terlambat untuk menyadari pertumbuhan bersama ini...apalagi selagi semuanya masih "baik-baik" saja....
Teman-temin semua...ada yg mau ditambahin gak...please comment ke blog kita bersama.

Thursday, November 6, 2008

THE LAST LECTURE, Randy Pausch


[INFO BUKU]
Judul: The Last Lecture
Pengarang: Randy Pausch

[RESENSI oleh Retno Agung]
http://restya02.multiply.com

"Time is all you have. And you may find one day that you have less than you think."

Membaca judul buku ini di etalase sebuah toko buku, saya terkecoh menyangkanya sebuah novel tentang dunia pendidikan. Buku ini ternyata adalah kisah nyata sang penulis, Randy Pausch, seorang dosen Computer Science di Carnegie Mellon University, yang memberikan kuliah terakhir dalam hidupnya. Ini berkaitan dengan diagnosa kanker pankreas stadium lanjut yang ia peroleh, yang menurut prediksi medis cuma menyisakan 3-6 bulan waktu sehatnya di dunia. Sebuah kisah sedih yang menguras air mata? Sama sekali bukan. Karena, sebagaimana yang diungkapkan sang penulis di awal penuturannya, ‘It is not about dying—it is about living’.

Dari kuliah yang diberi judul “Really Achieving Your Childhood Dream” itulah buku ini ditulis, lengkap dengan cerita seputar persiapannya, serta campur-aduk emosi yang menyertainya. Ditujukan secara tersamar pada ketiga anaknya yang masih kecil, kuliah terakhir itu dimaksudkan untuk memotivasi dan membimbing mereka dalam menjalani hidup. Poin terbesar yang ia tekankan di dalamnya adalah optimisme dan keberanian untuk bermimpi –karena dari mimpilah semua pencapaian berawal. Tentu tak cuma berani bermimpi, melainkan juga berani bekerja keras dan menghadapi segala hambatan. Randy pun membeberkan beragam mimpinya melalui fragmen-fragmen cerita masa kecilnya. Juga perjalanan panjang yang ia tempuh untuk mewujudkannya. Dengan didikan sang Ayah yang inspirasional, Randy sang pemimpi tumbuh menjadi pemuda yang senang bekerja keras, selalu optimistis, dan sangat menghargai waktu. Dari sang Ayah pula ia belajar memahami bahwa menjadi pekerja kasar terhebat di dunia adalah lebih berarti daripada menjadi elitis di belakang meja yang biasa-biasa saja. Prinsip ini dipegangnya sejak ia menimba ilmu, menjadi dosen yang berprestasi, hingga di kemudian hari juga menjadi imageneer di Disney World—satu dari sekian impian masa kecilnya yang menjadi kenyataan.

Meski memotivasi seseorang untuk berani menghadapi segala hambatan, kuliah terakhir Randy tidak alpa berbicara tentang kegagalan. Kegagalan setelah segala perjuangan tetaplah menyumbangkan sesuatu yang berharga, yaitu pengalaman. Lebih dari itu, keberhasilan dan kegagalan adalah hasil akhir, dan proses panjang menuju hasil akhir itulah yang terpenting. Atau dengan kata lain, perjuangan untuk meraih cita-cita hidup adalah satu hal besar. Namun di baliknya tersembunyi hal lain yang lebih besar, yaitu bagaimana menjalani hidup itu sendiri.

Randy menuturkan kisahnya secara cerdas, efisien --sebagaimana gaya hidupnya, dan dengan bahasa yang enak disimak. Gaya berceritanya tak ubahnya bahasa dalam catatan harian, dengan bagian-bagian tertentu yang menerbitkan senyum geli, ataupun membersitkan rasa haru. Terdiri atas bab-bab pendek berisi petikan pengalaman hidupnya, hampir setiap akhir bab menyimpulkan sebuah pelajaran. Tak ketinggalan di sana-sini Randy menyelipkan kutipan ucapan orang-orang di sekitarnya yang penuh makna. Banyak dari ungkapan itu yang sungguh memberi inspirasi, sebagaimana yang diakui sendiri oleh sang penulis. Hal itu pula tentunya--dukungan dari pihak-pihak yang bersimpati--yang ikut berdiri di balik sikap positif Randy dalam menghadapi penyakitnya. Maka vonis dokter yang meluluhlantakkan harapannya ke depan itu, di sisi lain dilihatnya sebagai sebuah berkah. Tak lain karena ia masih diberi kesempatan untuk menata segala sesuatu sebelum kepergiannya, khususnya bagi keluarga yang sangat dikasihinya.

Sikap seorang Randy Pausch dalam menjalani hidup hingga saat-saat akhirnya, pada akhirnya bermuara ke satu kesadaran: gunakan waktu sebaik mungkin, raih keinginan selagi bisa, nikmati kebersamaan selagi ada. Karena waktu sedemikian berharga.

Suatu senja di awal musim semi, seorang wanita berkendara sepulang kerja. Di jalan mobilnya melaju di belakang sebuah mobil convertible. Seluruh kaca jendela mobil di depannya itu diturunkan. Tampak si pria pengendara menumpangkan lengannya pada pintu samping kemudi, dan mengetuk-ngetukkan jemarinya mengikuti irama lagu di radio. Angin yang bertiup mengibar-ngibarkan rambutnya. Si wanita berpindah jalur hingga jarak mereka pun mendekat. Dari samping ia bisa melihat pria itu tengah tersenyum, nampak berbunga dengan lamunannya sendiri. Senyum itu, dalam penafsiran si wanita, adalah senyum seseorang yang menghargai hari dan saat yang sedang dijalaninya. Pada saat mobil si pria berbelok, wajahnya terlihat. Dan terkejutlah si wanita. Pria itu tak lain adalah Randy Pausch. (disarikan dari bab 13 The Last Lecture*)

Petikan paragraf di atas membuat saya tersentil sejak pertama membacanya. Pria pengendara mobil terbuka itu bukanlah seorang CEO perusahaan yang tengah melihat peluang bisnis yang menggembirakan. Bukan pula seseorang yang beruntung memenangkan hadiah besar. Ia--Randy Pausch--adalah seorang penderita kanker pankreas dengan prediksi medis sisa waktu hidup yang tidak terlalu lama. Membayangkan adegan di atas, dan lantas menengok kondisi diri sendiri, sayapun merenung: sudah cukupkah saya mensyukuri dan menghargai waktu saya........? Tak berlebihan rasanya jika kita coba melihat dengan cara apa orang seperti Pausch menjalani hidupnya. Kutipan-kutipan di bawah adalah sedikit dari cara pandang itu, yang mungkin dapat menginspirasi kita.

* Give yourself permission to dream. Fuel your kids' dreams, too.

"Jangan mimpi....!" begitu ledekan yang sering kita dengar saat terlontar ucapan seseorang yang terasa jauh mengawang-awang. Sementara impian--baca: keinginan kuat, bukan sekadar angan-angan kosong--adalah langkah awal terwujudnya hal-hal yang baik. Bila bermimpi pun tak berani, keinginan kuat kita tak punya, bagaimana kita bisa punya motivasi dan energi untuk mewujudkannya?

* Brick walls are there for a reason. They give us a chance to show how badly we want something.

Jalan yang orang tempuh untuk mewujudkan keinginannya tentu tak selalu sama keadaannya. Mungkin sebagian orang termasuk beruntung mendapati jalan yang mulus tanpa hambatan yang berarti. Sebagian yang lain, sebaliknya, mesti mengerahkan segala yang dipunyai, sementara halangan yang dihadapi masih tetap tak tergoyahkan. Namun halangan itu di sisi lain adalah ujian agar kita tahu sekeras apa kemauan kita untuk mewujudkan keinginan itu.

* Through the whole ordeal, never say to each other "This isn't fair!". Just keep going.
Ungkapan di atas ditulis dalam konteks kehidupan berumahtangga. Kadang dalam perjalanan berumahtangga ada masa sulit yang tak bisa dihindari. Keadaan semacam itu bukanlah untuk disesalkan, lebih-lebih dianggap sebagai kesalahan salah satu pihak, melainkan untuk dihadapi bersama dan dicarikan jalan keluar yang terbaik.

* We cannot change the cards we are dealt, just how we play the hand.

Keadaan tertentu, keterbatasan fisik, misalnya, kita terima dari Sang Penguasa Hidup tanpa bisa kita ubah. Tugas kita adalah mengoptimalkan apa yang mampu kita lakukan dengan kondisi yang terbatas itu.

* Experience is what you get when you didn't get what you wanted.

Kegagalan pastilah bukan sesuatu yang menyenangkan. Pada sebagian orang hal itu dapat meninggalkan luka yang membawa keengganan untuk kembali melangkah. Padahal sesungguhnya kegagalan tetap membawa hikmah, yakni pengalaman. Bukanlah omong kosong bahwa seseorang yang pernah mencoba dan gagal, adalah jauh lebih baik dibandingkan mereka yang tak berani mencoba.

* Time is all you have. And you may find one day that you have less than you think.

Kata 'serasa baru kemarin' begitu sering kita dengar, dan mungkin kita sendiri sering rasakan. Serasa baru kemarin memulai hari pertama di kantor, misalnya, ternyata belasan tahun hidup kita telah terlewatkan di sana. Atau perasaan baru kemarin melahirkan si kecil, membuainya saat masih mungil tak berdaya. Dan 'tiba-tiba' kini ia berlarian di lapangan bebas, dengan segala tingkah, keingingintahuan, dan impiannya. Ucapan selamat ultah yang kita terima tiap tahun dengan rasa syukur, di sisi lain adalah juga sebuah sentilan: sekian tahun berjalan, apa saja yang telah kukerjakan?

Semoga, seperti juga Randy Pausch, si pria pengendara mobil convertible di atas, kita menyadari bahwa waktu memang terlalu berharga untuk terbuang percuma....


[DISKUSI]
Tanggal kumpul: 3 November 2008
Tempat: Library Chevron Duri
Kutu-kutu buku: Retno, Pipit, DD, Sulma, Fitri, Teri ,Nurul, Jane Kurnadi

Warisan macam apa yang kita berikan pada anak kita? Mengandaikan kita tidak pernah tahu kapan saat itu tiba, siap atau tidak kalau "jemputan" itu datang, berangkatlah kita meninggalkan orang-orang yang kita cintai untuk meneruskan perjalanan di dunia ini.
Sebagai seorang dosen Randy meninggalkan warisan "kuliah terakhir" yang pada intinya berharap agar mereka yang membaca, melihat ataupun mendengar kuliah tersebut bisa termotivasi untuk menjadi lebih baik. Berani bermimpi, berani bekerja keras untuk mewujudkan mimpi tersebut. Apalagi dengan 3 orang anak yang masih sangat kecil, dan pasti akan segera melupakan "ayah" mereka. Randy ingin dapat tetap mendampingi anak-anaknya, menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi mereka dalam menjalani hidup.
Pada masa sekarang, dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat, jalan untuk menjadi imortal sebenarnya terbuka cukup lebar. Kami tiba-tiba teringat sebuah blog yang cukup populer (kalo gak bisa dibilang beken banget...!) yaitu Dapur Bunda, milik seorang ibu dari 2 orang anak bernama Inong yang berdomisili di Singapura. Beliau sudah meninggal dunia, tetapi blognya tetap ramai dikunjungi karena memang sangat berguna terutama buat ibu-ibu muda yang mencari resep masakan untuk keluarga. Sama seperti banyak orang, pertama kali saya masuk blog tersebut memang untuk mencari resep tertentu, dan saya ga sadar bahwa si empunya sudah berpulang... setelah beberapa kali berkunjung saya baru sadar, bahwa beliau sudah almarhum...Saya membayangkan betapa bangganya anak-anak dan keluarga akan warisan seperti itu..
Terlepas dari kapan kita akan berangkat, mungkin baik untuk direnungkan dan mungkin mulai dilakukan. Apa sih yang kita tinggalkan untuk orang-orang tercinta kita, kalau saja jemputan itu tiba-tiba datang... Ada beberapa keluarga yang meninggalkan asuransi untuk jaminan finansial dan pendidikan anak, ada yang membuat surat wasiat, tapi juga tidak sedikit yang meninggalkan catatan hidup seperti yang ditinggalkan oleh Randy Pausch atau Bunda Inong (yang sekarang kumpulan resepnya dibukukan juga loh).
Hal lain yang juga bisa kita ambil dari buku ini adalah sikap Jay, istri dari Randy. Bila kita mendapat kabar bahwa suami, anak atau anggota keluarga terdekat kita akan segera "berangkat" apa yang akan kita lakukan? Sanggupkah kita membuat setiap detiknya menjadi berarti, atau kita terjebak pada keputus-asaan dan rasa frustasi untuk menghentikan waktu?
Buku ini tidak berisi mengenai kesedihan seseorang yang sakit dan akan segera meninggal, tapi justru berisi cerita kehidupan, tentang mimpi, harapan dan keindahan kehidupan itu sendiri.

Sunday, October 12, 2008

BILANGAN FU, Ayu Utami


[INFO BUKU]

Judul: Bilangan Fu
Pengarang: Ayu Utami
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Hlm: 573

[RESENSI]
Buku ini merupakan karya terbaru dari Ayu Utami, yang baru keluar bulan Juni-Juli kemarin, diterbitkan oleh Gramedia... Sebenarnya tadinya saya ragu mau menawarkan buku ini, tapi karena ada beberapa hal yang menurut saya mendesak untuk disampaikan, akhirnya saya beranikan untuk menawarkan buku ini. Untuk teman-teman yang pernah atau malah mengikuti karya-karya Ayu Utami, pasti cukup terpuaskan dengan sajian Ayu kali ini. Salah satu syarat untuk membaca karya-karya Ayu adalah pikiran yang terbuka, dan khusus untuk Bilangan Fu ini juga perlu tambahan stamina untuk menyelesaikannya (ya gak Irin...)

Bilangan Fu disebut oleh Ayu sebagai "spiritual kritis", buku ini memecahkan rekor baca terlama saya (hampir 3 minggu) karena selain topiknya tidak mudah, pelu waktu juga memang untuk mengendapkan apa yang sudah dibaca sebelumnya. Pada intinya buku ini mengkritik 3M: Modenisme, Monoteisme dan Militerisme. Dari ketiga hal yang saling mengait tersebut, saya hendak menyorot pada isu pelestarian lingkungan yang rasanya merupakan ruh utama buku tersebut.

Pada liburan lebaran kemarin, kami sekeluarga menginap di Dumai, untuk sedikit menjelajahi kota tersebut, selain tertarik sama pelelangan ikan laut yang jam 3 pagi, juga ada hutan lindung wisata di dekat camp Chevron yang ingin anak-anak kunjungi... Di daerah pantai ternyata lumayan penuh sampah plastik, botol, bungkus2 segala macam, dan yang pertama anak saya tanya: buang sampah itu di laut ya...?

Kedua hutan lindung wisata... masih cukup menyenangkan walaupun amat sangat kecil dan terbatas, ada jalan setapak yang lagi-lagi dipenuhi...sampah... Kami kebetulan cukup hobi fotografi jadi masih ada dokumentasi 10 tahun yang lalu waktu saya baru datang ke Duri. Dulu dalam perjalanan ke Dumai, kita bisa melihat garis hutan yang tidak terlalu jauh dari jalan raya... dan bersama waktu garis tersebut menjauh, menipis sampai sekarang sudah tidak ada sama sekali rasanya...

Kenapa gajah sekarang sering sekali melintas camp, karena mereka memang sudah tidak punya rumah sama sekali. Daerah hutan kecil yang hanya selapis bersebelahan dengan kompleks Talang sebenarnya termasuk daerah hutan konservasi Balai Raja, yang tinggal selapis karena dibelakangnya sudah jadi kelapa sawit semua...(laporan pandangan mata yg naik helikopter). Daerah tersebut pernah diminta sama Chevron untuk dieksplorasi dan tidak pernah mendapat persetujuan dari pemerintah pusat karena merupakan hutan konservasi yang sekarang menjadi hutan kelapa sawit sejauh mata memandang...

Buat saya menebang pohon besar seperti melakukan pembunuhan... berapa lama dia tumbuh untuk menjadi besar, dan berapa menit untuk memotong habis hidupnya....

Waduuhhh panjang banget ya..? maap banget...tapi saya betul2 dalam keadaan marah dan frustasi... dan rasanya gak berdaya...(ini yang paling bikin marah) apa kita bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan rumah kita sendiri dari kehancuran? yuk kita rembukkan di klub baca buku...

[DISKUSI]
Tanggal kumpul: 15 October 2008
Tempat: Library Chevron Duri
Kutu-kutu buku: Sylvi, Retno, Jane Kurnadi

Waktu kemarin masuk ke perpustakaan, sama seperti Silvi saya juga terkejut karena rak-rak buku sudah kosong dan ternyata perpustakaan kita akan dipindah..."mungkin ke barber shop..." dan kapan tepatnya akan pindah para petugas juga kurang tahu...
Rasa sedih dan prihatin ini tentu tidak akan muncul kalau ceritanya, akan dibangun perpustakaan yang jauh lebih besar dengan fasilitas modern, ruang baca yang nyaman dan koleksi buku yang diperbaharui...
Masalahnya kesan ini tidak ada, justru yang ada kesan bahwa perpustakaan ini memang kalah dengan kepentingan akan hiburan lain...hadirnya "cafe" atau warung kopi (kale yaaa...)
Tapi ini memang cermin nyata kondisi kita, perut lebih penting dari otak... makanan fisik lebih menarik daripada makanan otak... bisa dilihat dari kondisi semua museum dan perpustakaan nasional di Indonesia..
Diskusi kemarin dihangatkan Silvi dan Retno (selamat datang!) yang sempat mampir sebentar...
Biarpun cuma berdua, tapi ternyata diskusinya seru juga...
Pada masa sekarang ini, terasa sekali kalau kekuasaan dan modernisasi justru lebih banyak membawa kehancuran dan kerusakan daripada kebaikan. Kalaupun ada kebaikan atau keuntungan hanya dinikmati oleh segelintir orang, dan tidak sebanding dengan kerusakan yang diakibatkan sampai ke anak cucu..
Kasus paling jelas di depan mata ya habisnya hutan alam di Riau..
Bagaimana agama (semangat monoteisme) justru membantu pengrusakkan tersebut? Dari diskusi kemarin kami sepakat bahwa seharusnya agama itu dikembalikan ke dalam diri dan hati masing-masing. Tidak ada kebenaran mutlak dan absolut. Karena itu tidak pada tempatnya memaksakan satu kebenaran yang diyakini kepada orang lain. Silvi memberi poin yang sangat tepat, bahwa pada dasarnya kita percaya bahwa manusia (sejahat atau sebejat apapun) punya "hati nurani" atau insting yang bisa membedakan sesuatu yang benar dan salah...terlepas dari agama/ kepercayaan apapun yang dianut. Keyakinan akan kebenaran sendiri justru bisa melahirkan semangat premanisme terhadap pihak yang dianggap salah/ tidak sesuai..
Contoh yang diusung pada Bilangan Fu adalah agama/ kepercayaan asli/ lokal yang misalnya menghormati gunung, bukit, hutan/ pohon besar. Oleh semangat modernisasi hal2 seperti itu dianggap bodoh, tahayul dan oleh golongan agama tertentu dianggap berhala, musyrik, menduakan Allah dll. Padahal dengan semangat "animisme" dan "dinamisme" tersebut hutan dan alam terlindungi karena dianggap sakral dan penggunaanya dilakukan dengan secukupnya dan tahu diri. Ada kepercayaan tertentu yang melarang penebangan pohon karena nanti "penunggunya" marah, karena itu untuk kayu bakar boleh mengambil ranting-ranting yang jatuh dan daun-daun kering. Dengan semangat monoteisme ini, seluruh alam semesta kehilangan "kekuatannya" dan boleh ditaklukkan... bergabung dengan "kekuasaan", alam tidak lagi terlidungi dan hasilnya bisa kita lihat dan alami sendiri...
Sungguh sayang bahwa semangat "beragama" seringkali hanya menjadi "baju" luar untuk diterima dalam satu komunitas dan memudahkan hidup. Bila semangat ini datang dari dalam dan memancar keluar tentu akan lain ceritanya... Kemarin malam kebetulan saya dengar sedikit hasil sadapan telepon (dari metro TV)seorang Kajari yang meminta "upeti" kepada Bupati. Beliau sangat marah karena dijanjikan 50jt, ternyata hanya dapat 20jt dan tidak mau diterima... Beliau menyebut tidak takut pada siapapun bahkan kalau dilaporkan ke presiden dia juga tidak takut..."Saya ini cuma takut sama Tuhan..." ironis sekali bukan....
Isu lingkungan ini lain kali akan saya bawa lagi kalau pesertanya lebih rame... kalau kita tidak menyelamatkan hari esok mulai sekarang, kita bakal menyulitkan anak cucu kita sendiri... (nenek kaliiii)

THE ALCHEMIST, Paulo Coelho


[INFO BUKU]

Judul: The Alchemist
Pengarang: Paulo Coelho
Penerbit: Harper Torch
Hlm: 195

[RESENSI]
Apa sesunguhnya panggilan hidup kita? Apakah kita mempunyai impian, cita-cita yang kita pendam karena kompromi dengan kehidupan kita sehari-hari? Apakah panggilan itu memang ada untuk setiap orang, dan apakah kita mendengarkan bila panggilan itu datang? Disajikan dalam bentuk yang sederhana dan cukup memikat, Paul Coelho bercerita ttg pencarian jati diri dan panggilan dalam hidup. Bahkan nama tokoh utama jadi tidak penting, karena kalau saya tidak salah hitung hanya tersebut sekali pada awal cerita...
Kebetulan ada beberapa buku yg saya baca yg memiliki benang merah yg sama... The Secret (Rhonda Byrne), Laskar Pelangi (Andrea Hirata), Follow your heart (Andrew Matthews), dan yg sedang saya baca Bilangan Fu karya Ayu Utami...
Personal Dream, personal legend, cita-cita, panggilan hidup, apapun kita menyebutnya untuk sebagian orang mungkin hanya impian atau angan-angan yg tidak berniat diwujudkan... atau malah menyakitkan karena mengingatkan kita pada penghianatan terhadap kehidupan itu sendiri, atau kita belajar berkompromi seumur hidup?

Meskipun jalan itu sendiri tidak pernah terlihat mulus dan jelas, seluruh alam semesta berkonspirasi mewujudkan panggilan itu, asal kita memulainya dari dalam hati... (apa iya...?)
Yuk kita curhatin di klub baca buku........

[DISKUSI]
Tanggal kumpul: 16 Agustus 2008
Tempat: Library Chevron Duri
Kutu-kutu buku: Jane Kurnadi, Didi and the gank, Sulma and baby, Silvi, Nurul and baby

Dari diskusi dan curhat kemarin...
Pada dasarnya setiap orang pasti punya panggilan hidup yang unik, disadari ataupun tidak. Kadang yg menjadi "kekhawatiran" justru kalau kita "melupakan" panggilan tersebut, menjadi zombi hidup (pinjam istilah Silvi) yang menjalani rutinitas hidup dengan anak dan suami, tanpa benar-benar menyadari apa sih yang kita lakukan di sini.. Kadang pada titik tertentu zombi dalam diri kita terbangun dengan perasaan kosong dan panik...lho. .sudah sekian tahun lewat... apa yang telah terjadi dan saya lakukan selama ini ya?
Banyak dari kita yang juga tidak pernah menyangka bahwa apa yg pernah kita cita-citakan atau impikan selama masa muda (udah tua kali yaaa....) ternyata "berakhir" di sini... belum berakhir karena kita masih hidup dan menjalani dan mungkin punya cita-cita yang baru...waktu kuliah, atau sekolah mudah menetapkan patokan, untuk lulus misalnya...tapi setelah berumah tangga, punya anak...apa patokan kita berubah jadi patokan keberhasilan anak?
Bagi sebagian ibu yang pernah bekerja (sebelum menikah) mungkin ada rasa tidak enak, bahwa sekarang secara ekonomi bergantung pada suami....bukan cuma duitnya... rasa aktualisasi diri, penghargaan, pergaulan dan karir di dunia kerja memang menawarkan bentuk kepuasan yang lain... tapppiiii... . kalau dibanding dengan meninggalkan buah hati di rumah dengan maraknya berita ttg pelecehan anak-anak oleh orang yg dipercaya dan dititipi.... weewww... gak jadi deh...
Jadi adanya anak menghambat pencapaian impian kita (dan suami juga punya cita-cita lohh) berkompromi dengan kemapanan, biaya hidup & pendidikan anak? Tidak juga...tertunda mungkin... berubah atau berkembang juga mungkin.... Intinya kalau kita sadar apa yg kita inginkan, terus mencari, kita akan mendapatkan banyak hal di luar perkiraan kita... dan yang kita pikir hambatan sebenarnya juga bisa jadi batu loncatan...
Diskusi juga bergulir ke seputar pendidikan anak, mungkin terutama kepada anak perempuan..cita- cita setinggi langit atau setinggi atap dapur? ketrampilan hidup apa saja yg baik menjadi bekal baik anak laki maupun perempuan... . apa lagi ya...? DD, Sulma, Nurul, Silvi ada yg mau ditambahin.. ?
oh iya sekalian, kalo acara ultah MIICD itu bisa ada dongeng tuh salah satu acaranya.... :) atau workshop barang recycle...?

Saturday, October 11, 2008

RAISING BOYS, Steve Biddulph


[INFO BUKU]

Judul: Raising Boys
Pengarang: Steve Biddulph
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hlm: 230

[RESENSI]
Raising Boys, seputar membesarkan dan mengerti proses pertumbuhan anak laki-laki, yang
ternyata memang berbeda dari anak perempuan. Tidak bermaksud membesar-besarkan perbedaan gender, tapi justru lebih mengerti bahwa perbedaan itu memang ada dan perlu ditanggapi sewajarnya.. . Terutama yang punya jagoan-jagoan kecil di rumah, buku ini sangat membantu dan membuka wawasan... *pengalaman pribadi hehehehe*

Kedua, bawa buku dongeng anak-anak, apa saja yg bisa kita sortir bersama untuk acara dongeng bersama dalam waktu dekat... pleeeaaseee banget yang punya bakat mendongeng, bercerita atau yang sekedar mau nyoba sangat diharapkan untuk datang...

Ketiga, buku lain yang ingin di-share bersama di sini....Fitri. .kumaha Life of Pi? hehehe gak maksa loh buuu...dateng aja dulu... Ibu-ibu yg lain hayuuuu atuh...ramaikan book club kita...


[DISKUSI]

Tanggal: 2 September 2008
Tempat: Library Chevron Duri
Kutu-kutu buku: Jane Kurnadi, Silvi, Irin dan Jigme, DD dan Abel, Donna dan Yesha, Fitri, Nurul, Astri juga sempat nongol dengan 2 jagoannya

Acara dongeng di perpustakaan rasanya akan kita undur sampai sesudah Hari Raya, karena sekarang ibu2 semua pasti sudah sibuk dengan berbagai urusan lain... supaya sebanyak mungkin yang bisa menikmati acara ini, akan kita laksanakan setelah Hari Raya... Untuk itu kami mencari jago pendongeng/ pencerita nih... Jangan sungkan2 kalau ada yg biasa mendongeng untuk anaknya atau punya talenta bercerita... hayu atuh bergabung... :)

Ada beberapa diskusi ttg mendongeng/ bercerita nih... bagaimana memulainya, buku apa yg menarik, reaksi si anak, dll.... saya bukan ahlinya...pengalama n saya juga seputar 2 anak di rumah... jadi saya berharap momz lain mau ikut share yg punya pengalaman yg pasti berbeda...

1. Dimulai sebagai bagian rutinitas... berarti komitmen orang tua untuk melakukan terus, mungkin pas mau tidur siang, atau tidur malam, atau sesudah makan malam...yg penting rutin... waktu menjelang tidur sering dipilih karena untuk membaca pada dasarnya butuh suasana yg tenang...dan untuk pengantar tidur buku kan juga kebanyakan membawa efek menenangkan (kecuali horor kali yaaa) Donna kemarin sharing, Yesha susah/ lama tidurnya kalo ga diceritain dulu... berarti ini rutinitas yang sudah "jadi" (jempol buat Donna) selain itu, suara ibu (atau ayah) berarti membawa ketenangan buat si anak...

2. Buku apa..? apa saja...dari buku resep masak sampai ensiklopedia atau apapun sesuai pilihan anak dan orang tua...(anakku kadang minta dibacain buku resep tau ga....hehehehe) gambar jelas punya pengaruh yang kuat buat si anak...membantu imajinasi dia berkembang.. . jadi bisa aja cerita sebelum tidur itu ttg planet atau ttg burung atau serangga atau kapal luar angkasa... ini menanamkan pada dasarnya buku itu menarik dan buku itu bisa bercerita apa saja dan buannnyaaakk sekali... kadang kalau kita ingin menyampaikan sesuatu juga bisa lewat cerita, pengajaran agama pun lewat cerita, moral, etika pergaulan apa yg baik dan benar...kalo pas ga nemu cerita yg cocok, bisa dikarang sendiri ttg masa kecil kita..

3. Reaksi anak...kebanyakan seperti gak mendengarkan, bukunya direbut, lihat-lihat sendiri....ga papa... yg penting menanamkan buku itu menarik... kalau dari bayi dia dibiasakan mendengar suara ibunya (atau mungkin dari dalam perut seperti Bungki) biasanya reaksinya lebih tenang (seperti Yesha)...tapiiii ga ada kata terlambat kok...kesempatan cerita itu lama sampai anaknya umur 10 tahunan biasanya masih suka (pengalaman pribadi hehehe) yang penting dimulai, dan cari cerita yg sesuai sama minat anaknya...
Kalau ceritanya panjang, bisa kita ringkas berdasarkan gambar dan omongan kita sendiri... beberapa anak bosan sama kata-kata panjang dari buku, jadi kita ubah pakai bahasa kita sendiri (karena itu semua buku anak juga aku baca dulu, selain untuk menyensor bagian-bagian yg menurutku kurang sesuai...)

4. Anak laki2 dan perempuan mungkin beda (pengalaman pribadi) anak perempuan (keponakanku) memang lebih suka cerita ttg putri, istana, balerina, penari...pokoke yg feminim...anak laki lebih suka yg heroik, kepahlawanan, membela kebenaran . Cowok2 di rumahku suka banget cerita Tin Soldier dari HC Andersen, atau ada cerita ttg petugas kebakaran menyelamatkan orang dari gedung terbakar (dari Richard Scary)

5. Efek suara....anak2 sukaaa banget sama efek suara..(ya gak Irin...) bukan cuma pergantian intonasi dari tokoh-tokoh yg berbeda... tapi suara jatuh...gubraaakkk. ..atau jebbrrrooottt. ..nah itu malah dihapal sama anak-anakku. ..sambil ngakak-ngakak. .itu sih cuma bumbu yaa... kalo kebanyakan nanti ceritanya juga ga nyampe...hehehe. .tapi suara kita kadang bisa bikin mereka penasaran... apa yg akan terjadi di halaman berikutnya, jadi mereka mau ndengerin ceritanya...

6. Jangan terpatri sama bayangan ideal, ibu2 atau grandma yg baca buku tebal di korsi goyang dengan penonton2 kecil yang melongo...hehehe. ..ini sih terjadi juga (pengalaman Silvi) Ini bisa terjadi kalau anaknya udah lebih besar (diatas 4 tahun deh...) dan TERBIASA didongengin dari bayi...anakku yg kecil 3,5 tahun kalau diceritain di kamar kadang sambil muter2 sendiri, berkhayal... kalo kakaknya memang udah duduk/ tiduran di sebelahku... tapi yg kecil, liat gambarnya sebentar trus lompat2 sendiri, tapi ternyata dia ndengerin sebab bisa tau dan hapal apa yg diceritain.. .